PMI Indonesia Minus 3 Bulan Sektor Manufaktur Tetap Punya Peluang

Industri manufaktur Indonesia masih memiliki celah pertumbuhan Rajamahjong88 di tengah tekanan ekonomi global dan kontraksi Purchasing Managers’ Index (PMI) yang terjadi selama tiga bulan beruntun. Meski berada pada fase kontraksi, beberapa subsektor seperti otomotif, makanan-minuman, dan elektronik menunjukkan potensi pemulihan dengan tingkat permintaan domestik yang masih cukup stabil.

Berdasarkan data S&P Global

PMI manufaktur Indonesia per Juni 2025 tercatat di level 49,5, turun tipis gates of hades pragmatic dari 49,8 pada bulan sebelumnya. Angka ini menunjukkan aktivitas manufaktur masih berada di zona kontraksi (<50) selama tiga bulan berturut-turut. Faktor pelemahan permintaan ekspor akibat melambatnya ekonomi Tiongkok dan Eropa menjadi penyebab utama, diikuti dengan kenaikan harga bahan baku impor akibat pelemahan rupiah.

Namun, celah pertumbuhan tetap terbuka lebar. Kementerian Perindustrian mengungkapkan bahwa industri makanan-minuman masih tumbuh di atas 4% secara tahunan karena konsumsi rumah tangga tetap tinggi. Industri otomotif juga terus menggeliat dengan penjualan ritel kendaraan yang mencapai 85 ribu unit pada Juni 2025, naik 3% dari bulan sebelumnya, didukung promo pabrikan jelang semester kedua.

Peluang dari Substitusi Impor dan Digitalisasi

Di sisi lain, program substitusi impor bahan baku dan komponen masih menjadi peluang bagi industri manufaktur untuk mengurangi ketergantungan impor. Pemerintah telah mempercepat kebijakan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) yang mendorong produsen lokal meningkatkan kapasitas produksi, terutama untuk industri farmasi dan elektronik.

Digitalisasi proses produksi juga menjadi faktor penting yang membuka celah efisiensi di tengah tekanan biaya produksi yang meningkat. Sejumlah perusahaan tekstil dan alas kaki telah mulai menggunakan sistem otomatisasi untuk memotong biaya produksi hingga 15%, menjaga daya saing harga produk di pasar domestik dan ekspor.

Fokus pada Sektor dengan Permintaan Stabil

Industri manufaktur di sektor makanan-minuman, farmasi, dan FMCG dinilai paling resilient meski kondisi PMI masih kontraksi. Hal ini karena konsumsi rumah tangga tetap menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional dengan kontribusi lebih dari 50% terhadap PDB.

Selain itu, pengembangan industri kendaraan listrik (EV) juga masih memiliki ruang pertumbuhan, terutama setelah pemerintah memperluas insentif pajak untuk kendaraan listrik dan infrastruktur charging station. Sejumlah pabrikan telah menyatakan komitmen investasi pada semester kedua 2025 untuk mendirikan fasilitas perakitan lokal kendaraan listrik.

Optimisme Hati-Hati dalam Semester Kedua 2025

Meski tekanan global masih membayangi, beberapa analis memproyeksikan sektor manufaktur Indonesia akan kembali ke zona ekspansi pada kuartal keempat 2025 dengan catatan inflasi dan nilai tukar dapat dikendalikan, serta realisasi belanja pemerintah untuk proyek infrastruktur dapat meningkatkan permintaan semen, baja, dan bahan bangunan lainnya.

Pelaku industri juga perlu memanfaatkan momentum pameran industri, pameran dagang, dan peluang kemitraan dengan startup teknologi untuk mendukung transformasi produksi ke arah industri 4.0.

Dengan strategi efisiensi biaya, pemanfaatan teknologi, serta fokus pada produk dengan permintaan stabil, celah industri manufaktur untuk tumbuh tetap terbuka, meski saat ini dibayangi tekanan kontraksi yang terjadi tiga bulan berturut-turut.